Senin, 07 Oktober 2013

BUDAYA PIDIE MERAWAT MASA NIFAS DILIHAT DARI KEBUTUHAN DASAR NIFAS



Makalah

BUDAYA PIDIE MERAWAT MASA NIFAS DILIHAT DARI KEBUTUHAN DASAR NIFAS

diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah
askeb nifas dan menyusui



Oleh :
Rizka Fauzia
NIM PO7124012021
Tingkat II-A



Dosen Pembimbing :
Putri Santy, S.SiT, MPH




KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PRODI D-III KEBIDANAN BANDA ACEH
POLTEKKES KEMENKES ACEH
2012/2013
A.    Konsep Budaya
Menurut Syafrudin (2009), Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, dan adat istiadat. Semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang berfungsi sebagai tempat berlindung, kebutuhan makan dan minum, pakaian dan perhiasan, serta mempunyai kepribadian yaitu organisasi faktor-faktor biologis, psikologis dan sosialisasi yang mendasari perilaku individu. Masyarakat di Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda Keanekaragaman budaya ini merupakan kekayaan bangsa yang tiada ternilai tingginya. Kekayaan tersebut harus dipahami terus dari generasi ke generasi.
Dalam konteks penulisan sejarah pendekatan budaya Muarif (2009) membagi 5 aspek yang masing-masing saling terkait yaitu: (1) dimensi ruang dan waktu, (2) konsep manusia sebagai animal rational dan latar belakang sejarah, (3) setiap bangsa mendiami kawasan tertentu dan memiliki pola pikir, sistem sosial serta budaya yang mereka warisi dari para pendahulu, (4) pola hubungan antara budaya dan kekuasaan, (5) bentuk kebudayaan dan unsur-unsur yang menpengaruhinya.


B.     Konsep Budaya tentang Perawatan Masa Nifas
Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun temurun masih dianut sampai saat ini. Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan.
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 6 - 8 minggu. Periode nifas merupakan masa kritis bagi ibu, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana 50% dari kematian ibu tersebut terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Selain itu, masa nifas ini juga merupakan masa kritis bagi bayi , sebab dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir (Sayfuddin et al, 2002). Untuk itu perawatan selama masa nifas merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri , pengaturan diet, pengaturan miksi dan defekasi, perawatan payudara (mamma) yang ditujukan terutama untuk kelancaran pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, dan lain-lain (Rustam Mochtar, 1998 dan Sayfuddin et al, 2002).
pada masyarakat Aceh yang memiliki aturan berupa pantangan meninggalkan rumah selama 44 hari bagi wanita yang baru melahirkan. Anjuran untuk berbaring selama masa nifas, perawatan nifas dengan pengurutan, penghangatan badan, konsumsi minuman berupa jamu-jamuan dan pantangan makan-makanan tertentu (Swasono, 1998).

 Ada beberapa tahapan adat Aceh (pidie) terhadap wanita yang telah melahirkan, didasarkan pada fitrah manusiawi:
1.      Setelah melahirkan ibu dimandikan. Pada siraman terakhir, disiram dengan ie boh kruet (jeruk purut) guna menghilangkan bau amis, setelah menganti pakaian diberikan merah telur dengan madu.

2.      Selama tiga hari diberikan ramuan daun-daunan yang terdiri dari daun peugaga, daun pacar (gaca), un seumpung (urang-aring) daun-daunan ini diremas dengan air lalu diminum. Hal tersebut berkhasiat untuk membersihkan darah kotor.

3.      Selama tujuh hari kemudian diberikan ramuan, dari kunyit, gula merah, asam jawa, jeura eungkot, boh cuko (kencur), dan lada. Semua bahan ini ditumbuk sampai halus lalu dicampur dengan air ditambah madu dan kuning telur. Khasiatnya menambah darah dan membersihkan darah kotor.

4.      Jika kesehatan ibu memungkinkan, mulai hari pertama diletakkan batu panas di perut dan dipeumadeung (disale). Ibu tidur di atas tempat tidur yang terbuat dari bambu yang dibawahnya dihidupkan api. Kebiasaan tot batee dan sale ini 30 sampai 40 hari. Hal ini bertujuan untuk membersihkan darah kotor, mengembalikan otot dan merampingkan tubuh.

5.      Sejak hari pertama sampai dengan hari ketiga seluruh tubuh ibu diurut. Dalam upaya  membersihkan darah kotor dan melancarkan ASI.

6.      Memasuki bulan kedua tidak boleh memakan sembarangan dan setiap pagi minum segelas saripati kunyit yang berkhasiat untuk ibu dan anak supaya tidak masuk angin, menguatkan tubuh dan upaya menjarangkan kelahiran.

7.      Ibu yang menyusui biasanya diminumkan air sari daun-daunan seperti daun  kates, daun kacang panjang, daun katuk, dan lain – lain. Tujuannya agar air susu lebih banyak. Selain itu ibu sebaiknya tidak makan makanan yang pedas karena dikhawatirkan bayi akan sakit perut.

8.      Selama dalam masa perawatan, di bagian muka dan badan ibu diberi bedak dingin, sementara diperut diolesi obat-obatan ramuan dengan dipakaikan bengkung (gurita) selama 3 bulan. Hal ini berguna untuk menghaluskan muka, tubuh dan mengecilkan perut.

9.      Pada masa nifas, ibu tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari. Hal ini tidak diperlukan karena pada masa nifas, ibu dan bayi yang baru lahir harus periksa kesehatan sang bayi sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaitu umur 0-7 hari dan 8-30 hari guna pemberian imunisasi bagi si bayi tersebut dan dampak positif akan pelarangan ini tidak ada.

10.  Setelah melahirkan ibu dan bayinya harus dipijat atau diurut, diberi pilis atau lerongan dan tapel.  Dampak positif mengenai anjuran pada ibu yang baru saja melahirkan dan bayi yang baru dilahirkan ini adalah jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi menjadi lancar, namun adapun dampak negative akan anjuran ini bila si ibu dan bayi dipijat atau diurut ialah apabila pijat salah sangat berbahaya karena dapat merusak kandungan sedangkan apabila diberi pilis atau lerongan maupun tape, hal ini dapat merusak kulit bagi yang tidak kuat / menyebabkan alergi pada ibu dan bayi tersebut.

11.  Pada masa nifas, ibu harus minum abu dari dapur yang dicampur dengan air, kemudian disaring, dicampur garam dan asam lalu diminumkan kepada si ibu supaya ASI banyak. Abu, garam dan asam merupakan bahan-bahan yang tidak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh ibu menyusui untuk memperbanyak produksi ASI nya, jadi anjuran ini jelas sangat merugikan dan tidak terdapat dampak positive mengenai anjuran kepada si ibu untuk mengkonsumsi abu yang dicampur dengan air dan garam.

12.  Ibu harus memakai stagen atau udet (centing). Dampak negative akan anjuran ini jelas tidak ada bahkan apabila di rutinkan akan pemakaian stagen atau centing tersebut akan memulihkan fisik sang ibu seperti sedia kala sebelum melahirkan.

13.  Pada masa nifas, ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi jamu. Hal ini jelas berdampak positif karena dapat mempercepat pemulihan rahim ke kondisi semula dan tidak ada dampak negative meengenai anjuran untuk mengkonsumsu jamu ini.

14.  Jika sang ibu tidur atau duduk harus meluruskan kakinya. Pada ibu yang baru saja melahirkan atau berada pada masa nifas jelas hal ini sangat mempunyai dampak yang positive bagi si ibu tersebut, karena jika ibu duduk atau tidur pada posisi miring atau di tekuk dapat mempengaruhi posisi tulang ibu tersebut karena tulang ibu pada masa nifas seperti bayi, yang apabila si ibu melakukan gerakan miring pada saat tidur dan menekuk saat duduk akan berisiko, larangan ini baik untuk ibu karena pada ibu pada masa nifas mudah terkena varises dan dampak negative akan larangan ini jelas tidak ada baik bagi si ibu maupun pada bayi yang baru dilahirkan.

15.  Ibu pada masa nifas harus mengkonsumsi makanan yang bergizi terlebih sang ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran. Adapun dampak positive akan ajuran ini, ibu menjadi lebih sehat dengan mengkonsumsu banyak sayur-sayuran dan danpak negative yang disebabkan akan anjuran ini pun tidak ada baik untuk ibu maupun untuk si bayi.

16.  Selama dalam masa perawatan, di bagian muka dan badan ibu diberi bedak dingin, sementara diperut diolesi obat-obatan ramuan dengan dipakaikan bengkung (gurita) selama 3 bulan. Hal ini berguna untuk menghaluskan muka, tubuh dan mengecilkan perut.


C.      Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
Ada beberapa kebutuhan dasar ibu dalam masa nifas, menurut Suherni (2009) yaitu:
1.       Gizi: Ibu nifas dianjurkan untuk: makan dengan diet berimbang, cukup, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua 400 kalori. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter di dapat dari air minum dan 1 liter dari cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain, mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari, mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak.

2.      Kebersihan Diri: Ibu nifas dianjurkan untuk: menjaga kebersihan seluruh tubuh, mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK, paling tidak. dalam waktu 3-4 jam, menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh kelamin, anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomi dan laserasi, pada ibu post sectio caesaria (SC), luka tetap di jaga agar tetap bersih dan kering, tiap hari di ganti balutan.

3.      Istirahat dan tidur: Ibu nifas dianjurkan untuk: istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan, tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur, kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam. Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat: mengurangi jumlah ASI, memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan, depresi.

4.      Eliminasi: BAB dan BAK. Buang air kecil (BAK) dalam enam jam ibu nifas harus sudah BAK spontan, kebanyakan ibu nifas berkemih spontan dalam waktu 8 jam, urine dalam jumlah yang banyak akan di produksi dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan, ureter yang berdiltasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu. Selama 48 jam pertama nifas (puerperium), terjadi kenaikan dueresis sebagai berikut: pengurasan volume darah ibu, autolisis serabut otot uterus. Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema persalinan, diet cairan, obat-obatan analgetik, dan perenium yang sangat sakit, bila lebih 3 hari belum BAB bisa diberikan obat laksantia, ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB, Asupan cairan yang adekaut dan diet tinggi serat sangat dianjurkan.

5.      Pemberian ASI/Laktasi. Hal-hal yang diberitahukan kepada ibu nifas yaitu: menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah disusukan, ajarkan cara menyusui yang benar, memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI eklusif), menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi (on demand), di luar menyusui jangan memberikan dot/kompeng pada bayi, tapi berikan dengan sendok, penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan menurunkan frekuensi pemberian ASI.

6.      Keluarga Berencana. Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun. Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif atau penuh 6 bulan ibu belum mendapatkan haid (metode amenorhe laktasi). Meskipun setiap metode kontrasepsi beresiko, tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman. Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama menyusui. Metode hormonal, khususnya oral (estrogen-progesteron) bukanlah pilihan pertama bagi ibu yang menyusui.















DAFTAR PUSTAKA
Soepardan, Soeryani. 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.
Suherni S.pd,APP,M.kes.dkk (2009).perawatan masa nifas.Fitramaya.Yogyakarta.
 Syafruddin, (2009). Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan.jakarta: Trans Info Media.
diakses tanggal 18/09/2013  jam 20.50.