Makalah
BUDAYA
PIDIE MERAWAT MASA NIFAS DILIHAT DARI KEBUTUHAN DASAR NIFAS
diajukan
untuk melengkapi tugas mata kuliah
askeb
nifas dan menyusui
Oleh :
Rizka Fauzia
NIM PO7124012021
Tingkat II-A
Dosen
Pembimbing :
Putri
Santy, S.SiT, MPH
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PRODI D-III
KEBIDANAN BANDA ACEH
POLTEKKES
KEMENKES ACEH
2012/2013
A. Konsep Budaya
Menurut Syafrudin (2009), Kebudayaan
adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum,
dan adat istiadat. Semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang berfungsi
sebagai tempat berlindung, kebutuhan makan dan minum, pakaian dan perhiasan,
serta mempunyai kepribadian yaitu organisasi faktor-faktor biologis, psikologis
dan sosialisasi yang mendasari perilaku individu. Masyarakat di Indonesia
merupakan masyarakat yang majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya
dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda Keanekaragaman budaya ini
merupakan kekayaan bangsa yang tiada ternilai tingginya. Kekayaan tersebut
harus dipahami terus dari generasi ke generasi.
Dalam konteks penulisan sejarah pendekatan budaya Muarif (2009)
membagi 5 aspek yang masing-masing saling terkait yaitu: (1) dimensi ruang dan
waktu, (2) konsep manusia sebagai animal rational dan latar belakang
sejarah, (3) setiap bangsa mendiami kawasan tertentu dan memiliki pola pikir,
sistem sosial serta budaya yang mereka warisi dari para pendahulu, (4) pola
hubungan antara budaya dan kekuasaan, (5) bentuk kebudayaan dan unsur-unsur
yang menpengaruhinya.
B. Konsep Budaya tentang Perawatan Masa Nifas
Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu
yang mempengaruhi status kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat
dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Banyak sekali
pengaruh atau yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan
hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari
instansi kesehatan, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun
temurun masih dianut sampai saat ini. Selain itu ditemukan pula sejumlah
pengetahuan dan perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan.
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama 6 - 8 minggu. Periode nifas merupakan masa kritis bagi ibu, diperkirakan
bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana
50% dari kematian ibu tersebut terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan.
Selain itu, masa nifas ini juga merupakan masa kritis bagi bayi , sebab dua
pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60%
kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir (Sayfuddin et
al, 2002). Untuk itu perawatan selama masa nifas merupakan hal yang sangat
penting untuk diperhatikan.
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam
mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri , pengaturan diet, pengaturan miksi
dan defekasi, perawatan payudara (mamma) yang ditujukan terutama untuk
kelancaran pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, dan lain-lain (Rustam
Mochtar, 1998 dan Sayfuddin et al, 2002).
pada masyarakat Aceh yang memiliki aturan berupa pantangan meninggalkan
rumah selama 44 hari bagi wanita yang baru melahirkan. Anjuran untuk berbaring
selama masa nifas, perawatan nifas dengan pengurutan, penghangatan badan,
konsumsi minuman berupa jamu-jamuan dan pantangan makan-makanan tertentu
(Swasono, 1998).
Ada beberapa tahapan adat Aceh (pidie)
terhadap wanita yang telah melahirkan, didasarkan pada fitrah manusiawi:
1.
Setelah melahirkan ibu dimandikan.
Pada siraman terakhir, disiram dengan ie boh kruet (jeruk purut) guna
menghilangkan bau amis, setelah menganti pakaian diberikan merah telur dengan
madu.
2.
Selama tiga hari diberikan ramuan
daun-daunan yang terdiri dari daun peugaga, daun pacar (gaca), un
seumpung (urang-aring) daun-daunan ini diremas dengan air lalu diminum. Hal
tersebut berkhasiat untuk membersihkan darah kotor.
3.
Selama tujuh hari kemudian diberikan
ramuan, dari kunyit, gula merah, asam jawa, jeura eungkot, boh cuko
(kencur), dan lada. Semua bahan ini ditumbuk sampai halus lalu dicampur dengan
air ditambah madu dan kuning telur. Khasiatnya menambah darah dan membersihkan
darah kotor.
4.
Jika kesehatan ibu memungkinkan,
mulai hari pertama diletakkan batu panas di perut dan dipeumadeung (disale).
Ibu tidur di atas tempat tidur yang terbuat dari bambu yang dibawahnya
dihidupkan api. Kebiasaan tot batee dan sale ini 30 sampai 40 hari. Hal
ini bertujuan untuk membersihkan darah kotor, mengembalikan otot dan
merampingkan tubuh.
5.
Sejak hari pertama sampai dengan
hari ketiga seluruh tubuh ibu diurut. Dalam upaya membersihkan darah
kotor dan melancarkan ASI.
6.
Memasuki bulan kedua tidak boleh
memakan sembarangan dan setiap pagi minum segelas saripati kunyit yang
berkhasiat untuk ibu dan anak supaya tidak masuk angin, menguatkan tubuh dan
upaya menjarangkan kelahiran.
7.
Ibu yang menyusui biasanya
diminumkan air sari daun-daunan seperti daun kates, daun kacang panjang,
daun katuk, dan lain – lain. Tujuannya agar air susu lebih banyak. Selain itu
ibu sebaiknya tidak makan makanan yang pedas karena dikhawatirkan bayi akan
sakit perut.
8.
Selama dalam masa perawatan, di
bagian muka dan badan ibu diberi bedak dingin, sementara diperut diolesi
obat-obatan ramuan dengan dipakaikan bengkung (gurita) selama 3 bulan.
Hal ini berguna untuk menghaluskan muka, tubuh dan mengecilkan perut.
9.
Pada masa nifas, ibu tidak boleh keluar
rumah sebelum 40 hari. Hal ini tidak diperlukan karena pada masa nifas, ibu dan
bayi yang baru lahir harus periksa kesehatan sang bayi sekurang-kurangnya 2
kali dalam bulan pertama yaitu umur 0-7 hari dan 8-30 hari guna pemberian
imunisasi bagi si bayi tersebut dan dampak positif akan pelarangan ini tidak
ada.
10. Setelah
melahirkan ibu dan bayinya harus dipijat atau diurut, diberi pilis atau
lerongan dan tapel. Dampak positif
mengenai anjuran pada ibu yang baru saja melahirkan dan bayi yang baru dilahirkan
ini adalah jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi menjadi
lancar, namun adapun dampak negative akan anjuran ini bila si ibu dan bayi
dipijat atau diurut ialah apabila pijat salah sangat berbahaya karena dapat
merusak kandungan sedangkan apabila diberi pilis atau lerongan maupun tape, hal
ini dapat merusak kulit bagi yang tidak kuat / menyebabkan alergi pada ibu dan
bayi tersebut.
11. Pada masa
nifas, ibu harus minum abu dari dapur yang dicampur dengan air, kemudian
disaring, dicampur garam dan asam lalu diminumkan kepada si ibu supaya ASI
banyak. Abu, garam dan asam merupakan bahan-bahan yang tidak mengandung zat
gizi yang diperlukan oleh ibu menyusui untuk memperbanyak produksi ASI nya,
jadi anjuran ini jelas sangat merugikan dan tidak terdapat dampak positive
mengenai anjuran kepada si ibu untuk mengkonsumsi abu yang dicampur dengan air
dan garam.
12. Ibu harus
memakai stagen atau udet (centing). Dampak negative akan anjuran ini jelas
tidak ada bahkan apabila di rutinkan akan pemakaian stagen atau centing
tersebut akan memulihkan fisik sang ibu seperti sedia kala sebelum melahirkan.
13. Pada masa
nifas, ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi jamu. Hal ini jelas berdampak positif
karena dapat mempercepat pemulihan rahim ke kondisi semula dan tidak ada dampak
negative meengenai anjuran untuk mengkonsumsu jamu ini.
14. Jika sang
ibu tidur atau duduk harus meluruskan kakinya. Pada ibu yang baru saja
melahirkan atau berada pada masa nifas jelas hal ini sangat mempunyai dampak
yang positive bagi si ibu tersebut, karena jika ibu duduk atau tidur pada
posisi miring atau di tekuk dapat mempengaruhi posisi tulang ibu tersebut
karena tulang ibu pada masa nifas seperti bayi, yang apabila si ibu melakukan
gerakan miring pada saat tidur dan menekuk saat duduk akan berisiko, larangan
ini baik untuk ibu karena pada ibu pada masa nifas mudah terkena varises dan
dampak negative akan larangan ini jelas tidak ada baik bagi si ibu maupun pada
bayi yang baru dilahirkan.
15. Ibu pada
masa nifas harus mengkonsumsi makanan yang bergizi terlebih sang ibu dianjurkan
untuk mengkonsumsi sayuran. Adapun dampak positive akan ajuran ini, ibu menjadi
lebih sehat dengan mengkonsumsu banyak sayur-sayuran dan danpak negative yang
disebabkan akan anjuran ini pun tidak ada baik untuk ibu maupun untuk si bayi.
16. Selama dalam
masa perawatan, di bagian muka dan badan ibu diberi bedak dingin, sementara
diperut diolesi obat-obatan ramuan dengan dipakaikan bengkung (gurita)
selama 3 bulan. Hal ini berguna untuk menghaluskan muka, tubuh dan mengecilkan
perut.
C.
Kebutuhan Dasar
Ibu Nifas
Ada beberapa kebutuhan dasar ibu dalam
masa nifas, menurut Suherni (2009) yaitu:
1.
Gizi: Ibu nifas
dianjurkan untuk: makan dengan diet berimbang, cukup, karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral, mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800
kalori/hari pada bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua
400 kalori. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter di dapat dari air minum dan 1
liter dari cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain,
mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari, mengkonsumsi
vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk suplementasi dapat
meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan
kelangsungan hidup anak.
2.
Kebersihan Diri: Ibu nifas dianjurkan untuk: menjaga
kebersihan seluruh tubuh, mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air, menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK,
paling tidak. dalam waktu 3-4
jam, menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
menyentuh kelamin, anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomi dan
laserasi, pada ibu post sectio caesaria (SC), luka tetap di jaga agar tetap
bersih dan kering, tiap hari di ganti balutan.
3.
Istirahat dan tidur: Ibu nifas dianjurkan untuk:
istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan, tidur siang atau istirahat selagi bayi
tidur, kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, mengatur
kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang
kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam. Kurang istirahat pada ibu nifas dapat
berakibat: mengurangi jumlah ASI, memperlambat involusi, yang akhirnya
bisa menyebabkan perdarahan, depresi.
4.
Eliminasi: BAB dan BAK. Buang air kecil (BAK) dalam
enam jam ibu nifas harus sudah BAK spontan, kebanyakan ibu nifas berkemih
spontan dalam waktu 8 jam, urine dalam jumlah yang banyak akan di produksi
dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan, ureter yang berdiltasi akan
kembali normal dalam waktu 6 minggu. Selama 48 jam pertama nifas (puerperium),
terjadi kenaikan dueresis sebagai berikut: pengurasan volume darah ibu, autolisis
serabut otot uterus. Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2-3
hari, karena edema persalinan, diet cairan, obat-obatan analgetik, dan perenium
yang sangat sakit, bila lebih 3 hari belum BAB bisa diberikan obat
laksantia, ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi
BAB, Asupan cairan yang adekaut dan diet tinggi serat sangat dianjurkan.
5.
Pemberian ASI/Laktasi. Hal-hal yang diberitahukan
kepada ibu nifas yaitu: menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit
bayi telah disusukan, ajarkan cara menyusui yang benar, memberikan ASI secara
penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI eklusif), menyusui tanpa jadwal, sesuka
bayi (on demand), di luar menyusui jangan memberikan dot/kompeng pada
bayi, tapi berikan dengan sendok, penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi
makanan dan menurunkan frekuensi pemberian ASI.
6.
Keluarga Berencana. Idealnya setelah melahirkan boleh
hamil lagi setelah 2 tahun. Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama
menyusui ekslusif atau penuh 6 bulan ibu belum mendapatkan haid (metode
amenorhe laktasi). Meskipun setiap metode kontrasepsi beresiko, tetapi
menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman. Jelaskan pada ibu berbagai macam
metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama menyusui. Metode hormonal,
khususnya oral (estrogen-progesteron) bukanlah pilihan pertama bagi ibu
yang menyusui.
DAFTAR PUSTAKA
Soepardan, Soeryani.
2007. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.
Suherni
S.pd,APP,M.kes.dkk (2009).perawatan masa nifas.Fitramaya.Yogyakarta.
Syafruddin, (2009). Sosial Budaya Dasar Untuk
Mahasiswa Kebidanan.jakarta: Trans Info Media.
http://dedypradipta.blogspot.com/2011/12/aspek-sosial-budaya-pada-setiap.html diakses tanggal 18/09/2013 jam 20.41.
http://franxiskusgaguknugraha.blogspot.com/2011/01/budaya-daerah-daerah-tentang-ibu. html diakses tanggal
18/09/2013 jam 20.46.
http://mulyadinurdin.wordpress.com/2009/12/30/perlakuan-terhadap-ibu-menurut-adat-aceh/ diakses tanggal 18/09/2013 jam 20.43.
diakses tanggal
18/09/2013 jam 20.50.