Selasa, 11 Juni 2013

masalah pelayanan kebidanan tingkat primer KIA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Namin. masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
AKI telah mengalami penurunan yang cukup baik, menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2007). Namun angka ini masih 3-6 kali lebih besar dibanding negara di wilayah ASEAN. Sedangkan AKB di Indonesia telah menurun menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2007). Ini pun masih 2-5 kali lebih besar dibanding negara ASEAN lainnya. Penurunan angka kematian bayi mengalami stagnasi.
Beberapa masalah dan tantangan di antaranya adalah masih tingginya disparitas  tingkat sosial ekonomi – golongan kaya dan miskin, antar kawasan dan antar perkotaan dan pedesaan. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) mengindikasikan tingkat kesejahteraan penduduk masih rendah.

B.     Tujuan
  • Menurunkan angka kematian anak : mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun.
  • Meningkatkan kesehatan ibu : Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses melahirkan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Konsep pelayanan primer merupakan pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan bisa terjangkau secara universal oleh individu dan keluarga di dalam masyarakat. fokus dari pelayanan kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek masyarakat dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut seerta mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik. Dan strategi yang dapat dipakai untuk menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC menekankan pada perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, pelayanan kesehatan yang diberikan adalah essensial bisa diraih, yang essensial dan mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian yang disertai percaya pada diri sendiri disertai partisipasi masyakarat dalam menentukan sesuatu tentang kesehatan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan pokok (basic health services) yang berdasarkan kepada metoda dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semanggat untuk hidup mandiri (Self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self Determination). Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama bersifat rawat jalan (ambulatory/out patient services).


B.     Masalah
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara sedang berkembang ASEAN lainnya. Pada tahun 1994 (SDKI) AKI di Indonesia adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan AKI tersebut sangat lambat, yaitu menjadi 373 per 100.000 pada tahun 1995 (SKRT), sementara pada tahun 2000 ditargetkan menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup. Ada beberapa yang cukup antara AKI di Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali (SKRT 1995).
Penyebab utama kematian ibu masih tetap perdarahan, sepsis dan eklamsia, di samping partus lama dan abortus terkomplikasi. Perdarahan postpartum di banyak wilayah merupakan penyebab kematian ibu terbesar, diperkiraan mencapai sekitar 40-50%. Dalam rangka mempercepat penurunan AKI, sejak tahun 1989/1990 dimulai Program Pendidikan Bidan bagi para lulusan Sekolah Pendidikan Keperawatan (SPK) selama 1 tahun. Lulusan sekolah bidan tersebut kemudian ditempatkan di desa. Sejak itu sampai tahun 1996 telah dihasilkan lebih dari 54.000 bidan, sehingga hampir semua desa di Indonesia mempunyai bidan. Bidan di desa yang semula direkrut sebagai pegawai negeri ini sejak tahun 1994 dipekerjakan berdasarkan kontrak selama 3 tahun,yang dapat diperpanjang selama 3 tahun kedua. Pada tahun 2000, perpanjangan untuk 3 tahun ketiga mulai dilaksanakan, sambil menunggu kesiapan bidan untuk mampu berpraktek secara mandiri atau kesiapan daerah untuk mengangkat bidan sebagai tenaga daerah.
Keberadaan bidan di desa tampak memberikan kontribusi nyata terhadap cakupan pelayanan kebidanan besar. Misalnya, cakupan akses pelayanan atenatal (K1) meningkat dari 74% pada tahun 1993 menjadi 89% pada tahun 1997. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat dari 39,6% pada tahun 1993 menjadi 59,8% pada tahun 1997 dan sekitar 66% pada tahun 1999, walaupun sekitar 70% persalinan tetap berlangsung di rumah. Namun, masalah kematian ibu merupakan masalah yang kompleks, yang diwarnai oleh derajat kesehatan, termasuk status kesehatan reproduksi dan status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan. Prevalensi anemia pada ibu hamil masih sekitar 50%, sementara prevalensi kurang energi kronis masih lebih dari 30%. Sekitar 60% ibu hamil dalam keadaan yang mempunyai satu atau lebih keadaan “4 terlalu” ( terlalu muda: kurang dari 20 tahun;tua; lebih dari 35 tahun; sering: jarak antar-anak kurang dari2 tahun; banyak: lebih dari 3 anak). Prevalensi infeksi saluran reproduksi diperkirakan juga cukup tinggi, karena rendahnya higiene perorangan dan pemaparan terhadap PMS yang meningkat.
Kejadian komplikasi obstetric terdapat pada sekitar 20% dari seluruh ibu hamil, namun dewasa ini kasus komplikasi obstetric yang tertangani masih kurang dari 10% dari seluruh ibu hamil, yang berarti kurang dari 50& dari perkiraan kasus. Target penanganan kasus komplikasi obstetric yang ditetapkan untuk tahun 2005 adalah minimal 12% dari seluruh ibu hamil ( atau 60% dari total kasus komplikasi obstetric).
Permasalahan kesehatan ibu tersebut merupakan refleksi dari masalah yang berkaitan dengan kesehatan bayi baru lahir. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia (SDKI, 1997) masih di atas Negara-negara seperti Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam, yaitu 52 per 1000 kelahiran hidup. Walaupun demikian AKB tersebut sudah menurun dari 74 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1991 dan 66 per 1000 kelahiran pada tahun 1994. Sekitar 40% kematian bayi terjadi pada bulan pertama kehidupannya. Penyebab kematian pada masa perintal/neonatal pada umumnya berkaitan dengan kesehatan ibu selama hamil, kesehatan janin selama di dalam kandungan dan proses pertolongan persalinan yang diterima ibu atau bayi, yaitu asfiksia, hipotermia karea prematuritas/BBLR, trauma persalinan dan tetanus neonatorum.

Karakteristik ibu hamil dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa:
  • Kehamilan merupakan suatu keadaan alamiah, 80%nya berlangsung normal;
  • Perilaku hidup sehat selama kehamilan masih kurang diperhatikan kebutuhan gizi,  istirahat, pemeriksaan kehamilan, perawatan diri, pertolongan persalinan oleh nakes;
  • Sekitar 20% ibu akan mengalami komplikasi obstetri yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau janin, yang kebanyakan tak dapat diramalkan sebelumnya dan pada umumnya terjadi sekitar persalinan;
  • Kesadaran akan kemungkinan timbulnya dan pengenalan akan komplikasi kehamilan masih rendah; sehingga bila terjadi komplikasi yang memerlukan pertolongan cepat, keluarga tidak siap.

Keadaan ibu hamil, bersalin dan nifas di tingkat nasional dewasa ini adalah bahwa lebih dri 85% telah memeriksakan kehamilannya paling sedikit satu kali selama kehamilannya, namun hanya sekitar 65% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan. Kondisi kesehatan ketika memasuki kehamilan belum belum separti yang diharapkan, yaitu 65% hamil pada usia terlalu muda (<20 tahun), terlalu tua (>35% tahun), terlalu sering hamil (jarak <2 tahun) dan terlalu banyak anak (>3 anak): lebih dikenal dengan keadaan “4 terlalu”. Akibatnya, banyak ibu yang tidak menginginkan kehamilannya yang melakukan upaya aborsi yang tidk aman. Sekitar 50% menangani anemia dan lebih dari 30% menderita kurang energi kronis (KEK). Lebih buruk lagi adalah kenyataan bahwa kurang dari 10% prkiraan kasus yang mengalami komplikasi persalinan mendapat pelayanan obstetri yang mampu 20 Menyelamatkan kehidupan ibu dan/atau janinnya, sehingga tidaklah mengharankan bahwa AKI masih sekitar 375 per 100.000 kelahiran hidup dan 40% kematian bayi terjadi pada bulan pertama kehidupannya. Kesenjangan antar-kalangan sosial cukup lebar, sehingga angka-angka tersebut jauh lebih buruk di lingkungan keluarga miskin dan keluarga tertinggal.
Masalah tersebut masih dilatarbelakangi oleh keadaan soaial, tingkat pendidikan yng rendah, marjinalisasi perempuan akibat ketidaksetaraan dan ketidakadilan jender, yang juga mengarah kepada kekerasan terhadap perempuan dan perlakuan yang merendahkan derajat perempuan. Semuanya itu menunjang terjadinya keadaan “akibat terlambat”, yaitu:
  • terlambat mengenali tanda bahaya
  • terlambat mengambil keputusan di tingkat keluarga,
  • terlambat mendapat pelayanan medis yang memadai di tempat pelayanan kesehatan.
  • Terlambat memperoleh penanganan GDON ( Gawat Darurat Obstetri Neonatal) secara memadai.
  • Terlambat memperoleh transportasi/rujukan

C.    Fakta-Fakta
  • ± 5 juta ibu melahirkan di Indonesia setiap tahunnya
  • Angka Kematian ibu : 248/100.000 kelahiran hidup
  • Setiap jam  2 ibu meninggal di Indonesia
  • SKRT 2001, Tiga Penyebab Utama Kematian Ibu di Indonesia : Pendarahan (28 %); Eklampsia (24 %); Infeksi (11 %)
  • Badan Kesehatan Dunia (WHO) 1999: Memprakarsai Program Making Pregnancy Safer (MPS) Kehamilan yang Aman, untuk mendukung usaha ¯ Angka Kematian Ibu (AKI). MPS adalah komponen dari Safe Motherhood
  • ± 5 juta bayi lahir di Indonesia setiap tahunnya
  • Angka Kematian Bayi baru lahir : 20/1.000 kelahiran
  • Angka Kematian Bayi Baru Lahir menduduki peringkat IV tertinggi di Asean
  • Setiap jam ada 10 bayi baru lahir meninggal di Indonesia
  • SKRT 2001, Tiga Penyebab Utama Kematian Bayi Baru Lahir di Indonesia : BBLR (29 %); Asfiksia (27 %); Tetanus Neonatorum (10 %)
  • Angka Kematian Balita : 46/1.000 kelahiran hidup
  • Setiap jam ada 24 balita meninggal di Indonesia
  • SDKI 2003, Penyebab Utama Kematian Balita di Indonesia : Diare (19%); ISPA (19%); Campak (7%); Malaria (5 %); Komplikasi perinatal (18 %); lain-lain (32 %)
  • Lebih dari separuh (54%) dari seluruh kematian balita berkaitan dgn gizi kurang/buruk

D.    Strategi dan Upaya
Strategi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
Pelayanan atenatal, persalinan dan nifas memasukkan unsur pelayanan pencegahan dan penanggulangan PMS serta melakukan motifasi klien untuk pelayanan KB dan memberikan pelayanan KB postpartum. Dalam pertolongan persalinan dan penanganan bayi baru lahir perlu diperhatikan pencegahan umum terhadap infeksi dan oleh tenaga kesehatan terlatih.

Salah satu cara mengurangi kematian anak adalah dengan Standar Emas Makanan Bayi antara lain :
  1. inisiasi menyusui dini /IMD dini dapat mengurangi perdarahan post partum dan anemia, dan mengurangi angka kematian Ibu melahirkan
  2. ASI esklusif 6 bulan,
  3. makanan pendamping air susu ibu /MP ASI setelah 6 bulan, makanan keluarga yang tepat waktu dan adekuat menurunkan kematian balita;
  4. ASI sampai dengan 2 tahun.
Pelayanan pasca abortus memasukkan unsur pelayanan pencegahan dan penanggulangan PMS serta konseling/pelayanan KB pasca-abortus.
Upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas serta upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan perlindungan bayi, anak di bawah lima tahun (balita) dan anak usia prasekolah dalam proses tumbuh kembang. Termasuk di dalamnya pendidikan kesehatan pada masyarakat, pemuka masyarakat, dukun bayi, pembinaan kesehatan anak.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kesehatan wanita bertujuan untuk memberikan kesejahteraan. Salah satu pencegahan kesakitan pada wanita meliputi skrining dan diagnosis melalui manajemen pencegahan yang memahami bahwa wanita merupakan manusia yang unik. Dalam manajemen pencegahan ini meliputi identifikasi insidensi umum, tingkat keparahan dan faktor resiko. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara sedang berkembang ASEAN lainnya. Beberapa masalah dan tantangan di antaranya adalah masih tingginya disparitas  tingkat sosial ekonomi – golongan kaya dan miskin, antar kawasan dan antar perkotaan dan pedesaan. Dan penyebab utama kematian ibu masih tetap perdarahan, sepsis dan eklamsia, di samping partus lama dan abortus terkomplikasi.
Kesehatan anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan wanita. Salah satu indikator kesehatan umum dan kesejahteraan suatu masyarakat adalah angka kematian dan kesakitan pada bayi/anak.  Penyebab kematian pada masa perintal/neonatal pada umumnya berkaitan dengan kesehatan ibu selama hamil, yaitu asfiksia, hipotermia karea prematuritas/BBLR, trauma persalinan dan tetanus neonatorum.
Upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas serta upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan perlindungan bayi, anak di bawah lima tahun (balita) dan anak usia prasekolah dalam proses tumbuh kembang. Termasuk di dalamnya pendidikan kesehatan pada masyarakat, pemuka masyarakat, dukun bayi, pembinaan kesehatan anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar