KONSEP GIZI SEIMBANG PADA WANITA HAMIL, IBU
MENYUSUI,
BAYI, BALITA,
REMAJA DAN DEWASA
SERTA MENOPAUSE (LANSIA)
DISUSUN OLEH:
Nama
: Delvi
Yuzariska (PO7124012003)
Fitriana
(PO7124012009)
Nelly Yunanda (PO7124012015)
Rizka
Fauzia (PO7124012021)
Siti
Rusnia (PO7124012027)
Kelas:
2A
Dosen
Pembimbing : Hj. Rahmi, SKM, M.Kes
KEMENTRIAN KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES
ACEH
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu ciri bangsa maju adalah
bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja
yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi. Pola makan merupakan
perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini
disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi
akan mempengaruhi tingkat kesehatan individu dan masyarakat. Agar tubuh tetap
sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular
(PTM) terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah
konsumsi gizi seimbang.
Data Riskesdas 2007, 2010, 2013
memperlihatkan kecenderungan prevalensi obes (IMT > 25) semua kelompok umur.
Anak balita 12,2%, 14% dan 11,9%; usia 6-19 tahun (Riskesdas 2007, 2010) naik
dari 5,2% menjadi 5,9%; orang dewasa dan usia lanjut (Riskesdas 2007, 2010)
naik dari 21,3% menjadi 22,8%. Pada Riskesdas 2013 laki-laki obes 19,7% dan
perempuan 32,9% [Depkes, 2008; Kemenkes, 2010, 2013].
Hasil penelitian Riskesdas 2010
menyatakan gambaran sebagai berikut. Pertama, konsumsi sayuran
dan buah-buahan pada kelompok usia di atas 10 tahun masih rendah (63,3% dan
62,1%). Kedua, kualitas protein yang dikonsumsi rata-rata
perorang perhari masih rendah karena sebagian besar berasal dari protein nabati
seperti serealia dan kacang-kacangan. Ketiga, konsumsi makanan
dan minuman berkadar gula tinggi, garam tinggi dan lemak tinggi, baik pada
masyarakat perkotaan maupun perdesaan, masih cukup tinggi. Keempat,
konsumsi cairan pada remaja masih rendah. Kelima, cakupan pemberian
Air Susu Ibu Eksklusif (ASI Eksklusif) pada bayi 0-6 bulan masih rendah
(61,5%). Riskesdas 2007, 2010, 2013 menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki
masalah kekurangan gizi. Kecenderungan prevalensi kurus (wasting) anak
balita dari 13,6% menjadi 13,3% dan menurun 12,1%. Sedangkan kecenderungan
prevalensi anak balita pendek (stunting) sebesar 36,8%, 35,6%, 37,2%.
Prevalensi gizi kurang (underweight) berturut-turut 18,4%, 17,9% dan 19,6%.
Prevalensi kurus anak sekolah sampai
remaja Riskesdas 2010 sebesar 28,5% [Kemenkes, 2007, 2010, 2013].
Oleh karena itu, penulis membahas mengenai gizi
seimbang, karena mahasiswi kebidanan sangat penting untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai konsep gizi seimbang, terutama pada wanita hamil, ibu menyusui,
bayi, balita, remaja, dan dewasa serta usia menopause, serta mengetahui pedoman
menu gizi seimbang dan juga faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apakah konsep gizi seimbang pada wanita
hamil, ibu menyusui, bayi, balita, remaja, dan dewasa serta usia menopause
(lansia ) ?
2. Apa sajakah pedoman menu gizi seimbang ?
3. Apa sajakah faktor-faktor yang
mempengaruhi menyusun menu seimbang ?
1.3 Tujuan
Penulisan
Tujuan umum
Agar mahasiswa mengetahui tentang konsep gizi, pedoman
menu gizi seimbang, dan faktor-faktor yang mempengaruhi menyusun menu seimbang.
Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui tentang konsep gizi
seimbang pada wanita hamil, ibu menyusui, bayi, balita, remaja, dan dewasa
serta usia menopause (lansia)
2. Untuk mengetahui pedoman menu gizi
seimbang melalui Tumpeng Gizi Seimbang (TGS)
3. Untuk
mengetahui mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi menyusun menu seimbang
1.4
Manfaat
Penulisan
Dengan mengetahui mengenai gizi seimbang, maka
mahasiswa bisa mengetahui lebih lanjut mengenai konsep gizi terutama pada
lingkup kerja Bidan, yaitu wanita hamil, ibu menyusui, bayi, balita, remaja,
dan dewasa serta usia menopause (lansia), dan dapat memberikan konseling mengenai
Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) serta dapat
mengetahui mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi menyusun menu seimbang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep Gizi Seimbang Pada Wanita Hamil, Ibu
Menyusui, Bayi, Balita, Remaja, dan Dewasa serta Lansia (Menopause)
a.
Pengertian Gizi Seimbang
Gizi
seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka
ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak
berlebihan dan tidak kekurangan (Dirjen BKM, 2002).
Menu seimbang: menu yang terdiri
dari beranekaragaman makanan dengan jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga
memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh
dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2001).
Gizi seimbang adalah susunan
makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau
variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal. (Marmi, 2013)
Peranan berbagai kelompok bahan
makanan tergambar dalam piramida gizi seimbang yang berbentuk kerucut (tumpeng
gizi seimbang). Popular dengan istilah “Tri Guna Makanan”.pertama, sumber zat
tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepung-tepungan yang digambarkan di dasar kerucut. Kedua, sumber zat
pengatur, yaitu sayuran dan buah-buahan digambarkan bagian tengah kerucut.
Ketiga, sumber zat pembangun yaitu kacang-kacangan makanan hewani dan hasil
olahan, digambarkan bagian atas kerucut. (Marmi,
2013)
b.
Konsep Gizi Untuk Ibu Hamil
Gizi Pra Hamil (
Prematernal )
Konsep perinatal menjamin bahwa ibu dalam status
gizi yang baik untuk terjadinya konsepsi, selama masa kehamilan, dan setelah
melahirkan. Ibu yang sehat akan menghasilkan bayi yang sehat pula (Zulfah, 2014).
·
Pada
masa kelaparan terbatasnya konsumsi makanan ibu selama hamil berdampak
kelahiran bayi yang relative lebih pendek dan mempunyai BB rendah. Namun angka
lahir mati, premature tidak bertambah, hanya angka konsepsi menurun.
·
Penelitian
menunjukkan wanita yang BB kurang dan anemia pada saat konsepsi mempunyai
kemungkinan tinggi kelahiran premature dan toxemia.
·
Sulit
melahirkan banyak dialami wanita yang pendek akibat kurang gizi pada masa
kanak-kanak (Zulfah, 2014).
Gizi Prenatal
·
Penelitian
menunjukkan wanita yang dietnya kurang atau sangat kurang selama hamil
mempunyai kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang tidak sehat seperti
premature, gangguan kongenital,
dan bayi lahir mati.
·
Wanita
hamil kurang gizi ( BB < 85 % ), kemungkinan akan melahirkan bayi yang
premature dan kecil.
·
Wanita
hamil dengan kelebihan BB kemungkinan bayinya lahir mati, preeklamsi dan
toxemia (Zulfah, 2014).
Gizi dan perkembangan otak
·
Penelitian
pada jaringan fetus dan bayi kurang gizi menunjukkan
berkurangnya berat otak, jumlah sel dan
ukuran sel, namun
perubahan ini tidak dapat diinterpretasikan sebagai gangguan mental.
·
Perkembangan
otak dan perilaku
yang dihasilkan tergantung pada interaksi antara faktor keturunan dengan faktor lingkungan seperti
gizi, penyakit, psikologi dan budaya
(Zulfah, 2014).
c.
Konsep gizi untuk ibu menyusui
Pengaturan makanan
untuk ibu menyusui menurut Zulfah, 2014,
yaitu:
v Kebutuhan tambahan untuk ibu menyusui erat kaitannya
dengan volume ASI yang diproduksi setiap hari. Produksi asi yang diisap oleh
bayi berkisar antara 340 ml s/d 1000 ml, dengan nilai rata-rata 600 ml s/d 900
ml sehari pada sampel wanita dari produksi asi.
v Pengurangan makanan untuk menurunkan BB
Penelitian
pembatasan energi yang dikonsumsi ibu menyusui jangka pendek (minggu ke-1=2316 kalori, minggu ke-2=1591
kalori, minggu ke-3=2100 kalori) menunjukan tidak ada pengaruhnya terhadap
penurunan volume atau gizi asi yang diproduksi.
Namun penelitian ini tidak melihat pengaruhnya untuk jangka panjang.
v Aktifitas fisik atau exercise
Pengaruh aktifitas fisik terhadap reproduksi manusia
belum diteliti , namun percobaan pada hewan penambahan aktifitas fisik dapat
menurunkan produksi asi atau tidak ada pengaruhnya.
v Protein
Berdasarkan anjuran tambahan energi , maka tambahan 20
gram protein sehari diperlukan. Untuk memenuhi kebutuhan ini seorang ibu dpat
menambahkan konsumsi susu kurang lebih 3 gelas., dan buah-buahan, minyak
nabati, sayuran hijau.
v Suplementasi
Kebutuhan
energi dan zat gizi tambahan dapat dipenuhi jika makanan sehari seimbang,
sehingga suplementasi tidak diperlukan, kecuali jika kekurangan 1 atau lebih
zat besi.
v Kalsium
Walaupun
tidak ada bukti komposisi kalsium asi dipergaruhi oleh komposisi kalsium
makanan ibu, namun secara definisi kalsium dapat berakibat terrjadinya
pengambilan kalsium dari tulang ibu untuk mempertahankan kadar kalsium asi.
v Keuntungan
Pengeluaran
untuk makanan yang bergizi pada ibu menyusui tergantung pada jenis dan harga
makanan tersebut. Namun kita ketahui bahwa makanan bergizi tidak selalu mahal.
d.
Konsep Gizi untuk Bayi
Bentuk makanan yang dapat diberikan
kepada bayi:
Ø Bayi Baru Lahir (BBL): mempunyai reflex
menghisap, sehingga makanan yang paling tepat adalah ASI.
Ø Bayi Usia 7 Bulan: mempunyai reflek
mengunyah, tangan mulai memegang dan ulai duduk. Makanan dapat diberikan dalam
bentuk kasar atau makanan yang dapt dipegang.
Ø Bayi usia 8 bulan: mempunyai reflek
mengunyah lebih baik, sudah dapat mengangkat kepala dengan sempurna (ada yang
sudah keluar giginya). Makanan yang dapat diberikan dalam bentuk lebih kasar
lagi atau lebih padat (makanan lunak) (Zulfah,
2014).
Makanan yang
terbaik untuk Bayi sampai 6 bulan adalah ASI Eksklusif. Namun setelah usia 6
bulan pertumbuhan dan perkembangan berbeda, dan pertumbuhan bayi semakin pesat,
untuk itu diperlukan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) untuk mencukupi
kebutuhannya (Zulfah, 2014).
e.
Konsep Gizi untuk Balita
1. Usia 1-2 tahun berperan sebagai konsumen
pasif, artinya pada usia ini orangtua sangat berperan dalam mengatur makanan
sehari-hari. Pada usia ini balita belum dapat memilih makanan yangs esuai
dengan kebutuhan. keadaan gizi dan
kesehatan balita sangat tergantung terhdap orangtuanya.
2. Usia 3-5 tahun berperan sebagai konsumen
aktif, artinya pada usia ini balita sudah mulai dapat memilih makanannya. Peran
orangtua sangat penting dalam mengarahkan balita agar mempunyai kebiasaan makan
yang baik di kemudian hari. (Zulfah,
2014).
Kebiasaan makan yang baik mempunyai
cirri:
1. Pola kebiasaan makan akan merangsang
seorang anak balita untuk mecapai maksimum potensi dalam perkembangan fisik dan
mental.
2. Kebiasaan makan akan memperlambat atau
mencegah terjadinya penyakit degenerative dikemudian hari.
3. Kebiasaan makan akan dapat
memuaskanhubungan antar manusia dalam mencapai kesenangan pribadi dan social. (Zulfah, 2014).
Dan ini semua merupakan
suatu proses yang dinamik yang merupakan
tanggung jawab ibu dan semua individu yang bertanggung jawab terhadap anak
balita.
Kebutuhan energi dan zat gizi
Usia
1-3 tahun mengandung:
1300 kalori
Bahan
makanan
|
Berat
(gram)
|
URT
|
Nasi
|
250
|
1,5 gelas
|
Maizena
|
10
|
2 sdm
|
Biskuit
|
20
|
2 biji
|
Daging
|
50
|
2 potong kecil
|
Telur
|
50
|
1 butir
|
Tempe
|
50
|
2 potong
|
Sayuran
|
100
|
1 gelas
|
Pisang
|
100
|
2 buah
|
Susu Bubuk
|
30
|
6 sdm
|
Minyak
|
20
|
2 sdm
|
Gula Pasir
|
30
|
3 sdm
|
f.
Konsep Gizi untuk Remaja
Faktor yang
mempengaruhi asupan makanan remaja:
1. Penampilan tubuh
Remaja mempunyai
perhatian yang besar mengenai perkembangan tubuh mereka (ukuran dan bentuk
tubuh), kondisi kulit, penampilan dan penerimaan oleh teman-teman dilingkungan
mereka. Dari 70% remaja yang ingin menurunkan BB, kenyataannya hanya 15% yang
benar-benar obes (Zulfah, 2014).
2. Keluarga
Lingkungan
keluarga sangat berperan terhadap asupan makanan remaja.
3. Teman-teman
Makanan
merupakan sarana yang penting untuk rekreasi dan sosialisasi dengan teman.
4. Media Massa
Dapat memberi
pengaruh yang baik maupun yang buruk, misalnya adalah idola bagi remaja putri
adalah seorang peragawati yang kurus, sehingga membuat remaja tersebut berusaha
dengan segala cara untuk mendapatkan ukuran tubuh tersebut.
5. Makanan siap santap (“Fast Food”)
g.
Konsep Gizi untuk Dewasa
Status gizi orang dewasa dapat diniliai dengana
menggunakan pengukuran antropometri dengan indeks masa tubuh (BMI), dengan
rumus:
IMT = BERAT BADAN (KG) / TINGGI BADAN (M2)
Batas ambang IMT adalah sebagai berikut:
Kategori
|
IMT
|
Kurus
|
< 17,0
|
Normal
|
17,0 – 18,5
|
Gemuk
|
18,5 – 25,0
25,0 – 27,0
>27,0
|
(Zulfah, 2014).
Di bawah ini adalah pedoman untuk
memilih diet yang sehat dan dapat digunakan untuk semua orang dewasa:
1.
Pilihlah
makan yang bervariasi dengan
sekurang-kurangnya tiga sajian sayuran, dua sajian buah-buahan, enam sajian
hasil padi-padian setiap harinya. Dengan memilih makanan jenis ini akan dapat
menurunkan risiko obesitas, penyakit jantung, kanker, dan memperbaiki fungsi
usus besar.
2.
Pertahankan
BB pada tingkat normal. Semakin meningkatnya usia maka BB juga akan meningkat.
Lemak perut dihubungkan dengan risiko kesehatan yang lebih besar daripada lemak
dipaha dan pinggul
3.
Gunakan
garam dalam jumlah yang sedang, dengan membatasi penggunaan garam meja dan
penggunaan makanan jadi yang mengandung natrium.
4.
Hindarkan
penggunaan alcohol. Penggunaan alcohol dapat mengakibatkan malnutrisi,
pancreatitis, dll.
5.
Pertahankan
konsumsi kalsium yang cukup, terutama pada wanita yang dapat mengurangi risiko
osteoporosis.
6.
Lakukan
olahraga secara teratur dan kontinu
(Zulfah, 2014).
h.
Konsep gizi untuk Usia Menopause (Lansia)
Indikator keadaan gizi dalam kelompok usia lanjut
secara antropometri dapat dilihat dengan Indikator Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan rumus:
IMT = BERAT BADAN (KG) / TINGGI BADAN (M2)
Batas ambang IMT adalah sebagai berikut:
Kategori
|
IMT
|
Kurus
|
< 17,0
17,0 – 18,5
|
Normal
|
18,5 – 25,0
|
Gemuk
|
25,0 – 27,0
>27,0
|
(Zulfah,
2014).
Prinsip diet dan kebutuhan energi
serta zat gizi
1.
Energi
menurun karena basal metabolisme rate dan aktifitas menurun. Penurunan 7,5 %
untuk usia 50-69 tahun dan 10 % untuk usia ≥ 70 tahun.
2.
Hidrat
Arang 60%, hindari HA sederhana seperti gula pasir karena meningkatkan kadar
trigliserida.
3.
Lemak
20% dari total energi, utamakan tidak jenuh ganda dan mudah diserna
4.
Protein
0,9 gr/kg BB, yang bernilai biologis tinggi.
5.
Tinggi
serat, seperti pada sayur dan buah karena dapat mencegah konstipasi dan
mengikat kolesterol untuk dibuang.
6.
Vitamin
sama dengan kebutuhan orang dewasa, perhatikan kebutuhan vitamin D dan E.
7.
Mineral
sama dengan kebutuhan orang dewasa, perhatikan kebutuhan kalsium dan zat besi.
8.
Cairan
cukup, 6-8 gelas/hari.
9.
Konsistensi
makanan sesuai dengan keadaan gigi
(Zulfah, 2014).
Tips
sehat pada Usia Lanjut
1.
Tidur
teratur
2.
Makan
teratur, makanan seimbang, dan bervariasi. Batasi lemak, garam, dan gula murni
3.
Menjaga
berat badan yang diinginkan
4.
Tidak
merokok
5.
Tidak
minum alcohol
6.
Olahraga
yang teratur (Zulfah, 2014).
2.2
Pedoman Gizi Seimbang
Di Amerika Serikat dan beberapa negara lain, prinsip Gizi
Seimbang divisualisasi berupa “piramida” Gizi Seimbang. Tidak semua Negara
menggunakan piramida, tetapi disesuaikan dengan budaya dan pola makan setempat.
Misalnya, di Thailand dalam bentuk piramida tebalik sebagai “bendera”, dan di
China sebagai “pagoda” dengan tumpukan rantang. Para pakar gizi yang
bergabung dalam Yayasan Institut Danone
Indonesia (DII), mengadaptasi piramida sesuai dengan budaya Indonesia, dalam
bentuk tumpeng dengan nampannya yang untuk selanjutnya akan disebut sebagai “Tumpeng
Gizi Seimbang” (TGS). TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan
dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut
usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut), dan sesuai keadaan
kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik, sakit) (Marmi, 2013).
Peranan berbagai kelompok bahan makanan
tergambar dalam piramida gizi seimbang yang berbentuk kerucut (tumpeng gizi
seimbang). Popular dengan istilah “Tri Guna Makanan”.pertama, sumber zat tenaga
yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepung-tepungan yang digambarkan di dasar kerucut. Kedua, sumber zat
pengatur, yaitu sayuran dan buah-buahan digambarkan bagian tengah kerucut.
Ketiga, sumber zat pembangun yaitu kacang-kacangan makanan hewani dan hasil
olahan, digambarkan bagian atas kerucut (Marmi,
2013).
Tumpeng Gizi Seimbang
Tumpeng Gizi
Seimbang (TGS) meragakan empat prinsip gizi seimbang (GS): aneka ragam makanan
sesuai kebutuhan, kebrsihan, aktivitas fisik dan memantau berat badan ideal.
TGS terjadi atas beberapa potongan tumpeng: satu potongan besar, dua potongan
terkecil. Luasnya potongan TGS menunjukkan porsi makanan yang harus dikonsumsi
setiap orang perhari. TGS yang terdiri atas potongan itu dialasi oleh air
putih. Artinya, air putih merupakan bagian terbesar dan zat gizi esensial bagi
kehidupan utnuk hidup sehat dan aktif (Marmi, 2013).
Dalam sehari,
kebutuhan air putih untuk tubuh minimal 2 liter atau 8 gelas. Setelah itu di
atasnya terdapat potongan besar yang merupakan golongan makanan pokok (sumber
karbohidrat). Golongan ini dianjurkan dikonsumsi 3 - 8 porsi. Kemudian di
atasnya terdapat lagi golongan sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan
mineral. Keduanya dalam potongan yang berbeda luasnya untuk menekankan
pentingnya peran dan porsi setiap golongan. Ukuran potongan sayur dalam PGS
sengaja dibuat lebih besar dari buah yang terletak disebelahnya. Dengan begitu
jumlah sayur yang harus dilahap setiap hari sedikit lebih besar (3 - 5 porsi)
dari pada buah (2 - 3 porsi) (Marmi, 2013).
Terakhir dan
menempati puncak TGS makanan dalam potongan yang sangat kecil adalah minyak,
gula, dan garam, yang dianjurkan dikonsumsi seperlunya. Pada bagian bawah
tumpeng terdapat prinsip gizi seimbang lain, yaitu pola hidup aktif dengan
berolah raga, menjaga kebersihan, dan pantau berat badan. Karena prinsip gizi
seimbang didasarkan pada kebutuhan zat gizi yang berbeda menurut kelompok umur,
status kesehatan, dan jenis aktivitas, maka satu macam TGS tidak cukup.
Diperlukan beberapa macam TGS untuk ibu hamil dan menyusui, bayi, balita,
remaja, dewasa, dan usia lanjut. (Marmi, 2013).
2.3
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Menyusun Menu
Seimbang
1.
Ekonomi (terjangkau dengan keuangan keluarga)
2.
Sosial budaya (tidak bertentang)
3.
Kondisi kesehatan
4.
Umur
5.
Berat badan
6.
Aktivitas
7.
Kebiasaan makan
8.
Ketersediaan pangan setempat (Marmi,
2013).
13 Pesan Umum Gizi Seimbang
Pesan 1: makanlah aneka ragam makanan
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat untuk kesehatan.
Makanan harus mengandung unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kuantitas
maupun kualitas. Idealnya, ada zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur (Marmi,
2013).
Pesan
2: makanlah
makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Kebutuhan energi dapat tercukupi dengan mengkonsumsi makanan
sumber karbohidrat, protein dan lemak. Tanda kecukupan energy dapat di pantau
dengan keadaan berat badan yang normal. Pemantauan berat badan dilakukan pada
bayi, balita dan usia sekolah dengan menggunakan KMS ; pada orang dewasa dengan
penghitungan IMT (indeks massa tubuh)
dan pada lansia dengan KMS usila.
Kelebihan energy disimpan dalam
bentuk lemak atau jaringan lain. Bila kelebihan tersebut berlanjut maka akan
timbul penyakit (hiprtensi, jantung, DM, dan lain-lain). Sedaangkan untuk
menutupi kekurangan energy, diambilkan cadangan energy dari jaringan otak atau
lemak. Bila keadaan ini berlanjut sebabkan penurunan daya krja atau
produktifitas kerja, prestasi belajar dan kreatifitas, penurunan BB dan
kekurangan gizi lain (Marmi, 2013).
Pesan
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energy.
Dua kelompok karbohidrat adalah karbohidrat kompleks
dan karbohidrat sederhana. Golongan karbohidrat kompleks : padi-padian (beras,
jagung, gandum); umbi-umbian ( singkong, ubi jalar, kentang) serta tepung, sagu
dan pisang. Karbohidrat kompleks penyerapannya lebih lama sehingga tidak
membuat mudah lapar. Golongan karbohidrat sederhana : gula ( menyebabkan mudah
lapar).
Pembatasan konsumsi gula dianjurkan sampai 5% dan
jumlah kecukupan energy atau ± 3-4 sendok makan setiap hari. Apabila energy
yang di peroleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks ( selain gula)
melebihi 60% atau 2/3 bagian dari energy yang di butuhkan, maka kebutuhan
protein, vitamin dan mineral sulit di penuhi
(Marmi, 2013).
pesan 4 : Batasi
konsumsi lemak dan minyak sampai
seperempat dari kecukupan
energi
Adapun guna lemak dan minyak adalah untuk
meningkatkan energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E, K dan menambah lezat
hidangan.
Tiga golongan lemak : lemak yang mengandung asam
lemak tak jenuh ganda (paling mudah dicerna), lemak yang mengandung asam lemak
tak jenuh tunggal ( mudah dicerna) dan lemak yang menganduk asam lemak jenuh
(sulit dicerna) (Marmi, 2013).
Makanan yang mengandung asam lemak
tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal: berasal dari nabati , kecuali minyak
kelapa. Sedangkan makanan sumber asam lemak jenuh : berasal dari hewani.
Konsumsi lemak dan minyak ≤10% dan tidak lebih dari 25% dari kebutuhan energi.
Komposisi konsumsi lemak nabati : hewani = 2:1. Kebiasaan mengkonsumsi lemak
hewani berlebihan menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit
jantung koroner. Sedang makan ikan mengurangi resiko penyakit jantung koroner.
Oleh karena lemak ikan mengandung asam lemak omega 3. Asam lemak omega 3
berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak pada dinding pembuluh darah (Marmi, 2013).
pesan
5 : Gunakan garam beryodium
Garam beryodium yang dianjurkan adalah garam dengan
KIO3 ( kalium iodat ) sebanyak 30-80 ppm. Sesuai keppres No. 69 tahun 1994
menyatakan bahwa kekurangan yodium dapat mengakibatkan GAKY ( Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium ) ; gondok ; kretin dan penurunan IQ. Indonesia kehilangan
140 juta IQ point akibat GAKY. (Marmi,
2013).
Dasar perhitungan klasifikasi pengurangan point IQ
adalah :
Catatan :
Kretin ( GAKY berat )
|
50 poin
|
Gondok
|
5 poin
|
Bayi di daerah GAKY
|
10 poin
|
GAKY bentuk lain
|
10 pon
|
·
Rata-rata
IQ manusia normal = 110
·
IQ
dibawah 80 point tergolong bodoh
·
IQ
point merupakan ukuran kemampuan seseorang dalam hal berpikir, memecahkan
masalah dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru.
Anjuran pemberian yodium :
Anak SD (
daerah endemic berat )
|
1 kapsul /
tahun
|
Wanita usia
subur
|
2 kapsul /
tahun @ 200 mg
|
Ibu hamil
|
1 kapsul /
tahun
|
Ibu menyusui
|
1 kapsul /
tahun selama menyusui
|
Konsumsi garam beryodium ± 6 gram
per hari / 1 sendok teh. Mutu garam baik dengan tes kit Yodina. Hasil warna
garam yang bermutu baik adalah biru keunguan.
pesan
6 : Makanlah makanan sumber zat besi
Fe merupakan unsur penting untuk
pembentukan sel darah merah. Kekurangan Fe dapat berakibat Anemia Gizi Besi (
AGB ). Adapun tanda-tanda AGB : pucat, lemah lesu, pusing dan penglihatan
berkunang-kunang; kadar Hb kurang dari normal. Resiko AGB bagi ibu hamil adalah
BBLR, perdarahan dan kematian. Bagi anak-anak adalah kemampuan belajar turun.
Sedangkan bagi orang dewasa adalah penurunan produktivitas kerja (Marmi, 2013).
Sumber utama zat besi adalah bahan
pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayur-sayuran berwarna hijau tua. Zat
besi Fe pangan asal hewani/haeme lebih mudah diserap ( 10-20%) dari pada zat besi pangan asal
nabati/non haeme ( 1-2%).
Zat gizi yang membantu penyerapan
Fe diantaranya protein hewani seperti daging, ikan dan telur, vitamin C,
vitamin A, Zink ( Zn ) dan Asam folat. Program pemberian tablet tambah darah (
TTD ) bagi ibu hamil adalah 1 TTD selama 90 hari. Untuk balita dapat diberikan
preparat besi dalam bentuk sirup. Kandungan TTD = 200 mg, ferrosulfat = 60 mg
besi elemental + 0,25 mg asam folat.
(Marmi, 2013).
pesan
7: berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya
ASI merupakan makanan terbaik bayi.
Pemberian: 0-6 bulan ( ASI Ekslusif = pemberian ASI saja tanpa makanan lain )
kegagalan ASI Ekslusif menyebabkan jumlah sel otak berkurang 15-20%. MP-ASI:
makanan atau minuman pendamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Marmi, 2013).
Pesan
8: biasakan makan pagi
Manfaat makan pagi adalah untuk
memelihara ketahan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh, meningkatkan
produktivitas kerja dan meningkatkan konsentrasi belajar. Kebiasaan makan pagi,
membantu memenuhi kecukupan gizi sehari-hari. Sedangkan resiko tidak menurunnya
kadar gula darah (Marmi, 2013).
pesan
9: minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
Air yang kita minum harus bersih
dan aman ( bebas dari kuman ). Fungsi air dalam tubuh adalah untuk melancarkan
transportasi zat gizi dalam tubuh; mengatur keseimbangan cairan dan garam
mineral dalam tubuh; mengatur suhu tubuh; melancarkan dalam buang air besar dan
kecil. Kebutuhan air minum ± 2 liter sehari/8 gelas sehari, dengan kecukupan
air minum dapat mencegah dehidrasi dan menurunkan resiko batu ginjal (Marmi, 2013).
pesan
10 : lakukan aktivitas fisik secara teratur
Manfaat drai melakukan aktivitas
fisik adalah meningkatkan kebugaran; mencegah kelebihan berat badan;
meningkatkan fungsi jantung; paru dan otot ; memperlambat proses penuaan.
Olahraga teratur disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, pekerjaan dan kondisi kesehatan salah satunya dengan
menbiasakan jalan kaki dengan jarak tempuh
± 50-100 meter.
pesan
11: Hindari minuman yang beralkohol
Alkohol mengandung
energi, tetapi tidak terdapat unsur gizi lain. Akibat kebiasaan minum minuman
beralkohol adalah terhambatnya proses penyerapan gizi; hilangnya zat-zat gizi
yang penting meski mengkomsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup kurang
gizi, penyakit gangguan hati kerusakan saraf otak dan jaringan . sedangkan efek
samping minum alkohol sering buang air kecil ketagihan dan hilang kendali diri
pesan
12 makanlah makana yang aman bagi kesehatan
Selain bergizi lengkap
dan seimbang, makanan harus layak komsumsi ( aman untuk kesehatan ). Syarat
makanan aman adalah “wholesome” (zat-zat gizi tidak banyak yang hilang dan
bentuk fisiknya masih utuh. Kecuali bila makanan akan di olah dan di ubah
bentuk fisiknya ). Ciri makanan yang tidak sehat adalah berlendir, berjamur,
aroma dan rasa berubah; lewat tanggal kadarluarsa dan rusak pada kemasan,
terdapat zat atau bahan pengawet,cara pengolahan yang tidak benar.
pesan
13 bacalah label pada makanan yang dikemas
Label adalah keterangan
tentang isi, jenis, ukuran buah-buahan yang di gunakan, susunan zat gizi
tanggal kadarluarsa dan keterangan yang penting lainnya.
Beberapa lebel yang
sering di gunakan dalam label antara lain :
Md
|
Makanan Yang Dibuat Di Dalam
Negeri
|
ML
|
Makanan
luar negri ( import)
|
Exp
|
Tanggal
kadarluwarsa, artinya batas waktu makan masih layak di komsumsi. Sesudah
tanggal tersebut, makanan tidak layak di komsumsi lagi
|
SNI
|
Standar
Nasional Indonesia ( keterangan mutu makanan telah sesuai dengan persyaratan
)
|
SP
|
Sertifikat
penyuluhan
|
Perbedaan Empat
Sehat Lima Sempurna dengan Gizi Seimbang
Sesuai dengan prinsip Gizi
Seimbang, pola makan berdasarkan “Pedoman Gizi Seimbang” (PGS) tidak dapat
berlaku sama untuk setiap orang. Tiap golongan usia, status kesehatan, dan
aktivitas fisik, memerlukan PGS yang berbeda sesuai kondisi masing-masing. Hal
ini berbeda dengan pola makan berdasarkan slogan “4 sehat 5 sempurna” (4S & 5S) yang berlaku bagi semua orangdi
atas dua tahun. Tak jelas bagaimana pedoman yang mengelompokkan makanan hanya
ke dalam 4 kelompok secara kualitatif itu dapat menjadi acuan untuk memenuhi
kebutuhan berbagai golongan masyarakat. Pada saat slogan 4S5S diciptakan tahun
1950-an, diasumsikan bahwa kibiasaan makan masyarakat sehingga berbagai masalah
kesehatan karena kekurangan dan kelebihan gizi dapat di cegah dan dikurangi.
Asumsi ini ternyata tidak terwujud, baik di Indonesia maupun di negara lain,
termasuk negara asal 4S5S di AS. Oleh karena itu pedoman 4S5S sejak awal tahun
1990-an secara internasional telah digantikan oleh pedoman yang lebih rinci
yang di sebut PGS dengan alasan sebagai berikut:
Pertama
·
Susunan
makanan yang terdiri atas 4 kelompok ini, belum tentu sehat,bergantung apakah
porsi dan jenis zat gizinya sesuai dengan kebutuhan. Contoh: jika pola makan
kita sebagian besar porsinya terdiri atas sumber karbohidrat (nasi), sedikit
sumber protein , sedikit sayur dan buah sebagai sumber vitamin, maka pola makan
tersebut tidak dapat dianggap sehat. Sebaliknya, jika pola makan kita terlalu
banyak sumber lemak dan protein seperti hidangan yang banyak daging dan minyak
atau lemak, tetapi sedikit sayur dan buah, maka pola makan itu tak dapat
dianggap sehat.
·
Selain
jenis makanan, pola makan berdasarkan PSG menekankan pula proporsi yang berbeda
untuk setiap kelompok yan disesuaikan atau diseimbangkan dengan kebutuhan
tubuh. PSG pun memperhatikan aspek kebersihan makanan, aktivitas fisik, dan
kaitannya dengan pola hidup sehat lain
(Marmi, 2013).
Kedua
·
Susu
bukan “makanan sempurna” seperti anggapan umum selama ini. Dengan anggapan itu
banyak orang, termasuk kalangan pemerintah, menganggap susu merupakan “jawaban”
atas masalah gizi. Sebenarnya susu adalah sumber protein hewani yang juga
terdapat pada telur, ikan dan daging.
·
Oleh
karena itu, didalam PGS, susu ditempatkan dalam satu kelompok dengan sumber
protein hewani lain. Dari segi kualitas protein, telur dalam ilmu gizi dikenal
lebih baik dari susu karena daya cerna protein telur lebih tinggi (Marmi, 2013).
Ketiga
·
Slogan
4S5S yang dipopulerkan oleh Prof. Poerwo Soedarmo, Bapak Gizi Indonesia ditahun
1950-an dianggap tak lagi sesuai dengan perkembangan iptek gizi, seperti halnya
slogan “ Basic Four” di Amerika yang merupakan acuan awal 4S5S pada masa itu.
“Basic Four” dari AS yang diciptakan tahun 1940-an bertujuan mencegah pola
makan ornag Amerika yang cenderung banyak lemak,tinggi gula, dan kurang sehat.
Namun, setelah dievaluasi tahun 1970-an, ternyata slogan tersebut tidak
memperbaiki pola makan penduduk Amerika, yang disertai dengan meningkatnya
penyakit degenerative terkait gizi. Sejak saat itu, slogan “ Basic Four”
diperbarui dan disempurnakan menjadi “Nutrition
Guide for Balance Diet” dengan visual piramida.
·
Di
Indonesia “Nutrition Guide for Balance
Diet” diterjemahkan menjadi PGS yang juga menggunakan piramida. Berbeda
dengan “Nutrition Guide” AS yang
berlaku untuk usia diatas 2 tahun, di Indonesia PGS berlaku sejak bayi dengan
memasukkan ASI Eksklusif sebagai Gizi Seimbang (Marmi, 2013).