BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.
DEFINISI
Ketuban pecah dini (KPD)
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
Prenterm adalh KPD yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan.
Ketuban merupakan hal yang penting
dalam kehamilan karena ketuban memiliki fungsi seperti:
a.
Untuk
proteksi janin.
b.
Untuk
mencegah perlengketan janin dengan amnion.
c.
Agar
janin dapat bergerak dengan bebas.
d.
Regulasi
terhadap panas dan perubahan suhu.
e.
Meratakan
tekanan intra-uerin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
Oleh sebab itu
perlu untuk mengetahui asuhan apa yang harus diberikan.
2.
ETIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan oleh
karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra-uterin.
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal
dari vagina dan serviks.
Selain itu ketuban pecah dini
merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah:
1)
Inkopetensi
serviks (leher rahim)
Inkopetensi serviks adalah istilah untuk menyebut kelinan pada
otot-otot leher rahim yang terlalu lunak dan lemah, sehingga dapat membuka
ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin
besar.
2)
Peningkatan
tekanan intra-uterin
Tekanan intra-uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
Misalnya:
a.
Trauma
b.
Gemili
c.
Makrosomia
d.
Hidramnion
3)
Kelainan
letak janin dan rahim
Kelain letak janin dan rahim: letak sunsang, letak lintang.
4)
Kemungkinan
kesempitan panggul
Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum masuk PAP
(Sepalopelvic Disproporsi).
5)
Korioamnionitis
Korioamnionitis adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan
oleh penyebaran organisme vagina keatas. Dua faktor predisposisi terpenting
adalah pecahnya selaput ketuban >24 jam dan persalinan lama.
6)
Penyakit
infeksi
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi selaput ketuban.
7)
Faktor
keturunan
Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, Vitamin C rendah, kelainan
genetik).
8)
Riwayat
KPD sebelumnya.
9)
Kelainan
atau kerusakan selaput ketuban.
10)
Serviks
(leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu.
3.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya ketuban peah
dini dapat berlangsung sebagai berikut:
·
Selaput
ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
·
Bila
terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah
dengan mengeluarkan air ketuban.
4.
TANDA
DAN GEJALA
Tanda yang terjadi adalah keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma air ketuban berbau amis dan tidak
seperti amoniak. Cairan ini tidak akan berhenti ataupun kering karena terus
direproduksi sampai kelahiran. Tetapi, bila anda duduk ataupun berdiri kepala
janin yang sudah terletak dibawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat”
kebocoran untk sementara. Demam, cairan vagina berdarah, cairan berupa darah
lendir, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung jnin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
5.
DIAGNOSIS
Diagnosis harus berdasarkan pada:
a)
Anamnesa
·
Kapan
keluarnya cairan.
·
Warna
dan bau.
·
Adakah
partikel-partikel didalam cairan.
b)
Insfeksi
·
Keluar
cairan pervaginan.
c)
Inspekulo
d)
Periksa
dalam
·
Adanya
cairan dalam vagina.
·
Selaput
ketuban tidak ada.
e)
Pemeriksaan
labotarium
·
Dengan
kertas lakmus menunjukkan reaksi basa lakmus berubah menjadi biru yang berarti
air ketuban.
·
Dengan
kertas lakmus menunjukkan reaksi asam kertas lakmus berubah menjadi merah
berarti air kencing.
·
Sebagai
dasar interpretasi:
v Selaput ketuban mungkin utuh:
o
Kuning : PH 5.0
o
Kunig
pudar : PH 5.5
o
Hijau
pudar : PH 6.0
v Selaput ketuban pecah:
o
Hijau
biru : PH 6.5
o
Biru
kelabu : PH 7.0
6.
PENATALAKSANAAN
·
Penatalaksanaan
ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda-tanda infeksi
intra-uterin.
·
Pada
umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS.
·
Tindakan
konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian antibiotik dan
cegah infeksi (tidak melakukan
pemeriksaan dalam), tindakan aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan)
yaitu dengan sectio caesarea (SC) ataupun partus pervaginan.
·
Untuk
usia kehamilan <37 minggu dilakukan penanganan konservatif dengan
mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan matur.
·
Untuk
usia kehamilan 37 minggu atau lebih lakukan terminasi dan pemberian profilaksi
streptokokkus grup B. Untuk kehamilan 34-36 minggu lakukan penatalaksanaan sama
halnya dengan cterm.
·
Rekomendasi
klinik untuk PROM, yaitu pemberian antibiotik karena periode fase laten yang
panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu (untuk mencegah
terjadinya resiko pendarahan intraventrikuler, respiratory distress syndrome
dan necrotezing examinations), tidak boleh dilakukan spekulum, tokolisis untuk
jangka waktu yang lama tidak diindikasikan, sedangkan untuk jangka pendek dapat
dipertimbangkan untuk memungkinkan pemberian kortikosteroid, antibiotik dan transportasi
maternal. Pemberian kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian multiple
cours tidak direkomendasikan.
·
Pematangan
baru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu deksametason 2x6 Mg (2
hari) atau betametason 1x12 (2 hari).
·
Agentokolisis
yaitu B2 Agonis (terbutalin, ritodrine), calsium antagonis
(nifedipine), prostagladin sintose, inhibitor (indometasin), magnesiu sulfat,
oksitosin antagonis (atosiban).
·
Tindakan
epitelisasi masih kontroversial, walaupun vitamin C dan trace element terbukti
berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah terutama dalam metabolisme kalogen
untuk maintenance intregritas membrankorio amniotik, namun tidak terbukti
menimbulkan epitelisasi lagi setelah PROM.
·
KPD
pada kehamilan <37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik eritromisin
3x250 Mg, amoksisilin 3x500 Mg dan kortikosteroid.
·
KPD
pada kehamilan >37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6jam) berikan
ampissilin 2x1gr IV dan penisilin G 4x2 juta IU, jika serviks matang lakukan induksi
persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC.
·
KPD
dengan infeksi (kehamilan <37 minggu ataupun >37 minggu), berikan
antibiotik ampissilin 4x2 gr IV, genamisin 5 mg/KgBB. Jika serviks matang
lakukanlah induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang
lakukan SC.
7.
PROGNOSIS
Ditentukan oleh pentalaksanaan dan
komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul serta dari umur kehamilan KPD itu
sendiri mempunyai pengaruh janin dan ibu, baik pada masa kehamilan maupun masa
persalinan.
a)
Pengaruh
terhadap janin.
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi kejanin
mungkin sudah terkena intra-uteri dulu terjadi sebelum gejala dari ibu
dirasakan jadi akan memungkinkan mortabilitas dan morbiditas prenatal, tali
pusat mencembung, amniotil syndrome yaitu kelainan bawaan akibat ketuban pecah
sejak hamill muda.
b)
Pengaruh
terhadap ibu
Karena jalan lahir telah terbuka antara lain akan di jumpai:
·
Infeksi
introportal apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam.
·
Peritonitis
dan septinemia.
·
Dry
labor
·
Infeksi
picerpireum atau nifas.
·
Ibu
akan lebih capek karena akan tidur terus maka kemungkinan akan terjadi putus
lama, suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklahtanda-tanda infeksi.
BAB II
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ketuban pecah dini (KPD) adalah
keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Komplikasi yang timbul
akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan, dapat terjadi infeksi
maternal maupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali
pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea atau gagalnya
persalinan normal.
Jika timbul tanda dan gejala
koroamnionitis, diindikasikan untuk segara berkonsultasi dengan dokter yang
menangani wanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode
persalinan (melalui vagina atau SC) bergantung pada usia.
B.
SARAN
Ketuban pecah dini dapat menimbulkan
kecemasan pada wanita dan keluarganya. Bidan harus membantu wanita
mengekspoirasi rasa takut yang menyertai perkiraan kelahiran janin prematur
serta risiko tambahan koriocmnionitis. Rencana penatalksanaan yang melibatkan
kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus
didiskusikan dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga
merupakan hal yang paling penting untuk kelanjutan kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Saifudin, Abdul Bari.2002.”Buku
Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal”.Jakarta : EGC.
Herdman, Heather T. 2010.”Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi” 2009-2011.Jakarta : EGC.Alih bahasa :
Made Sumawati, Dwi widiarti, Estu Tiar.
Prawirohardyo, Sarwono.2008.”Ilmu Kebidanan”. Jakarta: Bina
Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar