Sabtu, 04 Mei 2013

Askeb pecah ketuban dini



BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.      DEFINISI

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD Prenterm adalh KPD yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

Ketuban merupakan hal yang penting dalam kehamilan karena ketuban memiliki fungsi seperti:
a.       Untuk proteksi janin.
b.      Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
c.       Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
d.      Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
e.       Meratakan tekanan intra-uerin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
Oleh sebab itu perlu untuk mengetahui asuhan apa yang harus diberikan.

2.      ETIOLOGI

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra-uterin. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.

Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah:
1)      Inkopetensi serviks (leher rahim)
Inkopetensi serviks adalah istilah untuk menyebut kelinan pada otot-otot leher rahim yang terlalu lunak dan lemah, sehingga dapat membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.

2)      Peningkatan tekanan intra-uterin
Tekanan intra-uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
Misalnya:
a.       Trauma
b.      Gemili
c.       Makrosomia
d.      Hidramnion

3)      Kelainan letak janin dan rahim
Kelain letak janin dan rahim: letak sunsang, letak lintang.

4)      Kemungkinan kesempitan panggul
Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum masuk PAP (Sepalopelvic Disproporsi).

5)      Korioamnionitis
Korioamnionitis adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organisme vagina keatas. Dua faktor predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput ketuban >24 jam dan persalinan lama.

6)      Penyakit infeksi
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang menyebabkan infeksi selaput ketuban.

7)      Faktor keturunan
Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, Vitamin C rendah, kelainan genetik).

8)      Riwayat KPD sebelumnya.

9)      Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.

10)  Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu.


3.      PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya ketuban peah dini dapat berlangsung sebagai berikut:
·         Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
·         Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.


4.      TANDA DAN GEJALA
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti amoniak. Cairan ini tidak akan berhenti ataupun kering karena terus direproduksi sampai kelahiran. Tetapi, bila anda duduk ataupun berdiri kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untk sementara. Demam, cairan vagina berdarah, cairan berupa darah lendir, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung jnin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.


5.      DIAGNOSIS

Diagnosis harus berdasarkan pada:
a)      Anamnesa
·         Kapan keluarnya cairan.
·         Warna dan bau.
·         Adakah partikel-partikel didalam cairan.
b)      Insfeksi
·         Keluar cairan pervaginan.
c)      Inspekulo
d)     Periksa dalam
·         Adanya cairan dalam vagina.
·         Selaput ketuban tidak ada.
e)      Pemeriksaan labotarium
·         Dengan kertas lakmus menunjukkan reaksi basa lakmus berubah menjadi biru yang berarti air ketuban.
·         Dengan kertas lakmus menunjukkan reaksi asam kertas lakmus berubah menjadi merah berarti air kencing.
·         Sebagai dasar interpretasi:
v  Selaput ketuban mungkin utuh:
o   Kuning                        : PH 5.0
o   Kunig pudar    : PH 5.5
o   Hijau pudar     : PH 6.0

v  Selaput ketuban pecah:
o   Hijau biru        : PH 6.5
o   Biru kelabu      : PH 7.0


6.      PENATALAKSANAAN

·         Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda-tanda infeksi intra-uterin.
·         Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS.
·         Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian antibiotik dan cegah infeksi (tidak melakukan  pemeriksaan dalam), tindakan aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan sectio caesarea (SC) ataupun partus pervaginan.
·         Untuk usia kehamilan <37 minggu dilakukan penanganan konservatif dengan mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan matur.
·         Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih lakukan terminasi dan pemberian profilaksi streptokokkus grup B. Untuk kehamilan 34-36 minggu lakukan penatalaksanaan sama halnya dengan cterm.
·         Rekomendasi klinik untuk PROM, yaitu pemberian antibiotik karena periode fase laten yang panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu (untuk mencegah terjadinya resiko pendarahan intraventrikuler, respiratory distress syndrome dan necrotezing examinations), tidak boleh dilakukan spekulum, tokolisis untuk jangka waktu yang lama tidak diindikasikan, sedangkan untuk jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk memungkinkan pemberian kortikosteroid, antibiotik dan transportasi maternal. Pemberian kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian multiple cours tidak direkomendasikan.
·         Pematangan baru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu deksametason 2x6 Mg (2 hari) atau betametason 1x12 (2 hari).
·         Agentokolisis yaitu B2 Agonis (terbutalin, ritodrine), calsium antagonis (nifedipine), prostagladin sintose, inhibitor (indometasin), magnesiu sulfat, oksitosin antagonis (atosiban).
·         Tindakan epitelisasi masih kontroversial, walaupun vitamin C dan trace element terbukti berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah terutama dalam metabolisme kalogen untuk maintenance intregritas membrankorio amniotik, namun tidak terbukti menimbulkan epitelisasi lagi setelah PROM.
·         KPD pada kehamilan <37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik eritromisin 3x250 Mg, amoksisilin 3x500 Mg dan kortikosteroid.
·         KPD pada kehamilan >37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6jam) berikan ampissilin 2x1gr IV dan penisilin G 4x2 juta IU,  jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC.
·         KPD dengan infeksi (kehamilan <37 minggu ataupun >37 minggu), berikan antibiotik ampissilin 4x2 gr IV, genamisin 5 mg/KgBB. Jika serviks matang lakukanlah induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC.

7.      PROGNOSIS

Ditentukan oleh pentalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul serta dari umur kehamilan KPD itu sendiri mempunyai pengaruh janin dan ibu, baik pada masa kehamilan maupun masa persalinan.
a)         Pengaruh terhadap janin.
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi kejanin mungkin sudah terkena intra-uteri dulu terjadi sebelum gejala dari ibu dirasakan jadi akan memungkinkan mortabilitas dan morbiditas prenatal, tali pusat mencembung, amniotil syndrome yaitu kelainan bawaan akibat ketuban pecah sejak hamill muda.
b)      Pengaruh terhadap ibu
Karena jalan lahir telah terbuka antara lain akan di jumpai:
·         Infeksi introportal apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam.
·         Peritonitis dan septinemia.
·         Dry labor
·         Infeksi picerpireum atau nifas.
·         Ibu akan lebih capek karena akan tidur terus maka kemungkinan akan terjadi putus lama, suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklahtanda-tanda infeksi.














BAB II
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan, dapat terjadi infeksi maternal maupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea atau gagalnya persalinan normal.

Jika timbul tanda dan gejala koroamnionitis, diindikasikan untuk segara berkonsultasi dengan dokter yang menangani wanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan (melalui vagina atau SC) bergantung pada usia.

B.     SARAN
Ketuban pecah dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya. Bidan harus membantu wanita mengekspoirasi rasa takut yang menyertai perkiraan kelahiran janin prematur serta risiko tambahan koriocmnionitis. Rencana penatalksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang paling penting untuk kelanjutan kehamilan.






DAFTAR PUSTAKA

Saifudin, Abdul Bari.2002.”Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal”.Jakarta : EGC.
Herdman, Heather T. 2010.”Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi” 2009-2011.Jakarta : EGC.Alih bahasa : Made Sumawati, Dwi widiarti, Estu Tiar.
Prawirohardyo, Sarwono.2008.”Ilmu Kebidanan”. Jakarta: Bina Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar